Tangis Histeris Ibu Mahasiswa UI Tak Sadar Permintaan Terakhir Zidan Sebuah Tanda, Kenangan Terakhir

Tangis histeris ibu mahasiswa UI tak sadar permintaan terakhir Zidan sebuah tanda, ini kenangan terakhir.

|
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
Capture Tribun Sumsel via TribunnewsBogor
Muhammad Naufal Zidan (kiri), Elfira Rustina (kanan). Tangis histeris ibu mahasiswa UI tak sadar permintaan terakhir Zidan sebuah tanda, ini kenangan terakhir. 

SURYAMALANG.COM, - Elfira Rustina, ibu mahasiswa UI tak sadar permintaan terakhir Zidan ternyata sebuah tanda. 

Sambil menyesali kenangan terakhirnya dengan sang anak, Elfira Rustina mengaku tidak menyadari firasat itu sejak awal. 

Kini yang tersisa hanya luka hati yang mengiris hati orang tua Zidan, mahasiswa UI yang tewas dibunuh seniornya. 

Diketahui, Zidan tewas dibunuh seniornya pada Rabu (2/8/2023) pukul 18.00 WIB dan jenazahnya baru ditemukan pada Jumat (5/8/2023).

Saat pamit terakhir kali pada orang tuanya yang tinggal di Probolinggo, Zidan mengaku akan kuliah. 

Sambil menangis histeris, Elfira Rustina menegaskan tujuan awal Zidan berangkat ke Jakarta kala itu. 

"Zidan kuliah, Zidan kuliah," teriak Rustina dikutip dari Kompas.com.

Baca juga: Viral Nama Agus Bisa Isi Bensin Gratis di SPBU Ini, Spesial HUT RI ke-78 Dapat 2,5 Liter Pertamax

Elfira Rustina ibu Zidan mahasiswa UI yang tewas dibunuh senior
Elfira Rustina ibu Zidan mahasiswa UI yang tewas dibunuh senior (Via Tribun Bogor)

Elfira Rustina juga mengungkap firasat terakhir sebelum kematian anaknya.

Sewaktu di bandara mengantar Zidan terbang untuk kuliah di Depok, sang anak sempat memaksa untuk foto bareng.

Padahal selama ini Zidan paling susah difoto.

Permintaan terakhir Zidan itu menjadi penyesalan bagi ibunya karena tak menyadari hal itu sebagai tanda pertemuan terakhir.

"Saya sangat menyesal tidak memahami firasat itu. Ternyata itu saat pertemuan kami untuk yang terakhir,” imbuhnya sambil terus menangis.

Sejalan dengan Elfira Rustina, ayah Zidan, Sohibi Arif juga merasakan luka mendalam dan ingin pelaku dihukum mati.

"Saya berharap pelakunya harus (dihukum) mati. Lantaran anak saya sudah tidak ada nyawanya, pelakunya juga harus tidak ada nyawanya. Itu baru adil," tegas Sohibi Arif.

Shobiri Arif pun bercerita sang anak hilang kontak selama tiga hari sebelum jasadnya ditemukan di kamar kos.

Halaman
123
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved