Berita Blitar Hari Ini

Omzet Menggiurkan Ternak Burung Kenari, Pria di Blitar Gak Nyesal Resign Kerja, Raup 2 Digit Sebulan

Omzet menggiurkan ternak burung kenari, pria di Blitar gak menyesal resign kerja percetakan, hasil sebulan di luar dugaan.

TRIBUNJATIM.COM/SAMSUL HADI
Yuliono (kiri) pria di Blitar gak menyesal resign kerja percetakan. Omzet menggiurkan ternak burung kenari, sebulan di luar dugaan. 

Dari total itu, sekitar 25 ekor sampai 30 ekor merupakan indukan aktif produksi.

Dengan jumlah indukan tersebut, Yuliono bisa menghasilkan 40 ekor sampai 50 ekor buru kenari sekali panen.

Masa satu periode panen ternak burung kenari sekitar 4-5 minggu atau sekitar 35-45 hari.

"Sekali panen, rata-rata bisa menetaskan 40-50 ekor burung kenari," jelas Yuliono.

Untuk harga jual burung kenari usia 4-5 minggu hasil ternak milik Yuliono bisa mencapai Rp 200.000 sampai Rp 2 juta per ekor.

Bila ditotal, omset Yuliono dari hasil ternak burung kenari rata-rata Rp 8 juta sampai Rp 15 juta tiap 40 hari.

"Kalau tiap panen dapat 40 ekor, diambil rata-rata minimal harga Rp 200.000 per ekor berarti sudah Rp 8 juta, itu minimal" kata Yuliono.

"Buat biaya perawatan sekitar Rp 1,5 juta per bulan. Sisanya buat ekonomi keluarga. Saat kondisi panen bagus, juga pernah dapat omzet Rp 15 juta sekali penen," lanjutnya.

Menurut Yuliono, saat ini harga burung kenari masih stabil terutama harga burung kenari hasil ternak dari indukan impor masih tetap mahal.

Pelanggan burung kenari impor biasanya para penghobi suka ikut lomba.

Selain itu, juga para penghobi yang ingin belajar ternak burung kenari.

"Untuk pemasaran saya tidak bingung. Pembeli datang sendiri ke rumah. Kadang saya kewalahan melayani pembeli di rumah," ujar Yuliono

Menurut Yuliono, berternak burung kenari gampang-gampang susah. Gampangnya, berternak burung kenari tidak butuh tempat luas.

Selain itu, biaya perawatan ternak burung kenari juga lebih murah.

"Kendalanya cuaca, kalau cuaca terlalu panas hasilnya tidak bagus, terlalu dingin juga tidak bagus. Kendala lain hama tikus," jelas Yuliono.

Ikuti berita lainnya di News Google >> SURYAMALANG.COM

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved