Kampus Malang Raya
Drone Amfibi Buatan Mahasiswa ITN Malang untuk Awasi Pencurian Ikan oleh Kapal Asing
Drone Amphibi Shark diambil dari konsep drone yang mampu beroperasi di dua lingkungan berbeda, yaitu udara dan air.
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Yuli A
Drone Amphibi Shark diambil dari konsep drone yang mampu beroperasi di dua lingkungan berbeda, yaitu udara dan air.
SURYAMALANG.COM, MALANG - Tim mahasiswa Institut Teknologi Nasional Malang (ITN) menciptakan "Drone Amphibi Shark".
Drone amfibi ini berbasis kecerdasan buatan yang dapat mendeteksi kegiatan illegal fishing secara cepat dan akurat. Alat ini diciptakan oleh Tim IDAS untuk Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) 2024 dari S1 Teknik Geodesi ITN Malang.
Tiga mahasiswa itu adalah Yustina Cheline J. Owa, Luh Kadek Dera Erlinda dan Melania Neldis Luin. Mereka didampingi dosen Ir Ketut Tomy Suhari ST MT IPP. "Kami berharap teknologi ini bisa membantu pemerintah dan pihak berwenang dalam menjaga kedaulatan perairan Indonesia, sekaligus melindungi sumber daya laut kita,” kata Yustina Cheline J Owa, Ketua Tim IDAS, Rabu (24/7/2024).
Dari hasil survei yang dilakukan Tim IDAS, perlu sistem deteksi yang lebih canggih dan responsif untuk mengatasi illegal fishing. Selain merugikan secara ekonomi, juga merusak ekosistem laut yang membutuhkan waktu lama untuk pulih. Judul PKM KC mereka adalah "Pembuatan Shark Amphibi Drones Berbasis Artificial Intelligence untuk Pendeteksi Illegal Fishing Kapal Asing yang Melintasi Perairan Batas Laut Antar Negara”.
Saat ini progres desain drone dan sistem kecerdasan buatan sudah dalam tahap pengujian. Ditambahkan Yustina, kasus illegal fishing oleh kapal asing di perairan Indonesia merupakan masalah serius yang mengancam keberlanjutan sumber daya laut. Dari pengalaman dan diskusi dengan para nelayan serta pengamatan langsung, Tim IDAS menyadari bahwa teknologi pengawasan yang ada selama ini belum cukup efektif dalam mendeteksi dan mencegah aktivitas illegal fishing.
“Kami membuat Drone Amphibi Shark untuk membantu mengawasi perairan. Drone ini mampu bertahan terbang 10 menit dengan jangkauan 500 meter untuk mendeteksi kapal asing. Drone dilengkapi dengan kamera dan sensor sonar, menggunakan sistem AI (artificial intelligence) untuk analisis dan identifikasi objek secara real-time, serta mampu berkomunikasi jarak jauh untuk pengendalian dan pemantauan,” paparnya.
Menurut mahasiswa asal NTT ini, arti nama "Drone Amphibi Shark" diambil dari konsep drone yang mampu beroperasi di dua lingkungan berbeda, yaitu udara dan air. "Shark" menggambarkan ketangguhan dan kemampuan deteksi yang tajam. Ini mirip dengan ikan hiu yang dikenal sebagai predator laut yang handal. Tim IDAS ingin drone mereka memiliki keunggulan dalam mendeteksi kegiatan ilegal di perairan, mirip tingkah laku hiu saat mendeteksi mangsanya.
Drone dirakit dari berbagai komponen seperti komponen utama drone (motor, propeller, frame), sensor pendeteksi (kamera, sonar, lidar), komponen AI dan komputer mini (Raspberry Pi, modul AI), sistem komunikasi (modul GPS, radio transmitter), serta material tahan air untuk bagian amfibi.
“Drone akan berpatroli di area perairan tertentu. Saat mendeteksi kapal asing yang mencurigakan, drone akan mengirimkan data real-time ke pusat pengendalian. Sistem AI di dalam drone menganalisis data sensor dan kamera untuk memastikan aktivitas illegal fishing sebelum mengirimkan peringatan ke pihak berwenang,” jelas Melania. Tantangan yang paling sulit adalah menyeimbangkan drone, mengintegrasikan komponen AI dengan sensor di air.
Maka tim melakukan banyak pengujian dan kalibrasi di lingkungan yang berbeda, baik di darat maupun di air. Hal ini untuk memastikan drone dapat berfungsi optimal dalam berbagai kondisi. Selain itu juga menghadapi material drone yang tahan air namun tetap ringan dan mampu terbang dengan stabil. "Solusinya kami menggunakan kombinasi material komposit yang ringan dan kuat serta melakukan banyak uji coba pada prototipe,” imbuhnya.
Marissa Haque Ingin Sekelas dengan Anaknya di S3 UIN Malang Tahun Depan |
![]() |
---|
Pertama Kali, PBAK UIN Malang Diadakan di Dua Kampus, Ada 11 Maba Internasional |
![]() |
---|
1018 Ide dari Mahasiswa Baru Fakultas Teknologi Pertanian UB Malang |
![]() |
---|
Polisi Jangan Ambil Kewenangan Instansi Lain, Rekomendasi Para Akademisi UB Malang |
![]() |
---|
Kafe Pustaka di Kampus UM Tutup setelah 9 Tahun Eksis, Pernah Buatkan Kursi Khusus Jomblo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.