Berita Malang Hari Ini

Proyek Jembatan Rp 1,8 M di Ampelgading Malang Belum Selesai, Anak Sekolah Bertaruh Nyawa

Anak sekolah dan warga harus keluar-masuk kampungnya dengan melewati jembatan darurat, yang membentang di atas sungai selebar  100 meter berarus deras

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANg.COM/imam Taufiq
Proyek pembangunan jembatan di Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang senilai Rp 1,8 Miliar yang belum selesai. Warga membutuhkan sarana jembatan yang aman mengingat sungai saat ini beraus deras di musim hujan 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Gara-gara pengerjaan proyek jembatan senilai Rp 1,8 miliar tak kunjung selesai, membuat warga Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, serasa beradu risiko.

Warga dan bahkan anak-anak sekolah harus bertaruh nyawa saat keluar kampung.

Sebab, mereka harus keluar-masuk kampungnya dengan melewati jembatan darurat, yang membentang di atas sungai selebar  100 meter.

Risiko menyeberang jembatan darurat sangat besar mengingat arus sungai cukup deras di saat musim penghujan seperti dua pekan ini.

Jembatan sesek, yang terbuat dari anyaman bambu itu membela di atas Sungai Glidik, yang selama ini jadi jalur lahar dingin Gunung Semeru. 

Praktis, kondisi itu selalu membikin warga merasa dag dig dug saat melintasnya.

Untuk diketahui, bukan sekali atau dua kali, jembatan yang saat dilewati terasa berayun itu hilang akibat hujan deras yang menguyur desa yang berada di paling ujung Tenggara antara perbatasan Kabupaten Malang dengan Lumajang itu.

"Kalau hujan, ya nggak berani melintas, termasuk anak sekolah, ya terpaksa libur atau bolos. Sebab, takut jika air sungai itu meluap lalu menyapu jembatan bambu itu," ujar warga desa setempat, Rabu (4/12/2024).

Kondisi seperti itu dialami warga desa yang tinggal bibir Pantai Samudera Indonesia itu karena jembatan lama rusak.

Kondisi seperti ini dialami semenjak jembatan lama di Sungai Kondang Lombok, Dusun Lebaksari itu disapu hujan deras, yang membawa bebatuan kecil dan ranting dari atas hutan setempat. 

Jembatan yang rusak itu kini dibangunkan dengan nilai Rp 1,8 miliar.

Namun, itu belum juga rampung meski sudah dikerjakan sejak 1 Agustus 2024 lalu.

"Kami menerima pengaduan dari warga, kalau pengerjaan jembatan itu belum juga rampung. Makanya, ini sedang kami perjuangkan. Sebab, jika molor, kami kasihan pada warga, terutama anak sekolah, harus lewat jembatan yang goyang-goyang itu," tegas Rahmat Kartala, anggota DPRD empat periode dari Gerindra itu, Kamis (5/12/2024).

Bahkan, yang membuat Kartala khawatir, selama jembatannya diperbaiki, anak sekolah sering libur, terutama saat hujan pagi.

Sebab, orangtuanya tak tega anaknya melintasi jembatan bambu, yang sewaktu-waktu bisa terancam hanyut jika hujan deras itu.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved