Dugaan Pencemaran TPA Supit Urang Kota Malang, Warga Bosan Disidak, Sebab Solusi Tak Kunjung Datang

Dugaan Pencemaran TPA Supit Urang Kota Malang, Warga Bosan Disidak, Sebab Solusi Tak Kunjung Datang

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Purwanto
Komisi C DPRD Kota Malang melakukan peninjauan ke TPA Supit Urang, Kota Malang, Rabu (22/1/2025). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Kedatangan Komisi C DPRD Kota Malang ke Balai Desa Jedong, Kecamatan Wagir, Rabu (22/01/2025), usai sidak ke TPA Supit Urang milik Pemkot Malang di Kecaman Sukun itu dianggap tak ubahnya cuma silaturahmi.

Sebab, mereka itu anggota dewan baru, yang mungkin tak tahu jika setahun lalu sudah ada kesepakatan dengan Wahyu Hidayat, Wali Kota Malang terpilih saat ini, untuk menuntaskan tuntutan warga Kabupaten Malang yang terdampak bau tak sedap dari TPA Supit Urang.

Makanya, kunjungan mereka itu bukan membawa janji Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkot Malang yang akan membuatkan sumur artesis buat warga yang terdampak limbah itu, namun cuma seperti orang ngobrol.

Akibatnya, warga kian kecewa jika terus dijadikan objek sidak, tanpa bawa solusi. Sebab, ibaratnya, warga itu sudah klenger akibat pencemaran limbah, namun kok seperti 'dibezuk', bukan disembuhkan.

"Kalau cuma disidak seperti itu terus, buat apa. Ibaratanya, kami ini sudah pingsan, namun kok diajak ngobrol terus."

"Mana janjinya Pemkot Malang (DLH) dulu itu. Warga nggak butuh disambangi seperti itu, tapi butuh realisasi," ungkap Tekat Pribadi, Kades Jedong, Kamis (23/01/2025).

Baca juga: Problematika Dampak TPA Supit Urang Kota Malang Harus Segera Dicari Solusinya

Karena merasa cuma dijadikan objek sidak seperti itu, Tekad mengaku kesal karena dirinya juga ditekan warganya, untuk segera minta air bersih buat kompensasi dari sumurnya yang airnya berbau badek itu.

Jika tak ada realisasi, Tekad mengaku sudah tak bisa lagi meredam emosi warga, jika nanti mau ramai-ramai naik truk ke Balai Kota Malang untuk demo.

Sepertinya, mereka akan bergabung sama warga desa lainnya, seperti Desa Pandanlandung, yang juga mengalami nasib yang sama akibat limbah TPA itu.

"Kami ini sudah jelas-jelas terdampak limbah TPA kok kembali ditanya terus. Apa kepingin, warga itu datang ramai-ramai ke TPA seharian saja, sambil bawa bekal," tegasnya.

Memang, musim penghujan seperti saat ini, bau badek TPA Supit Urang milik Pemkot Malang, yang ada di Kecamatan Sukun itu kian meluas dan tak terkendali.

Bahkan, saat ini bukan cuma warga Desa Jedong, Kabupaten Malang, dan warga Desa Pandanlandung, yang terdampak.

Namun, karena leletnya DLH itu, bau badek itu kini masuk ke perumahan elit, yang rumahnya rata-rata seharga Rp 20 miliar itu.

Itu seperti Perumahan Puncak Dieng, dan perumahan elit lainnya. Itu dihuni para 'sultan' yang jika sampai protes, ibaratnya bisa membikin lidah Wali Kota tak bisa merasakan manis.

"Biar para 'sultan' Dieng itu protes seperti kami. Kami yakin, DLH nggak akan nggak ngereken karena bisa jadi jambu monyet, kalau sampai berani bantah," ujar Abah Sukir, tegas Abah Sukir, tokoh masyarakat Desa Pandanlandung.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved