Tulungagung

Kapolres Tulungagung Kaji Larangan Sound Horeg Keliling, Hanya Boleh Statis

Sound dengan kekuatan besar hanya diperbolehkan secara statis, atau berada di satu tempat tertentu tanpa berkeliling.

Penulis: David Yohanes | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/David Yohanes
TRUK SOUND HOREG - Deretan truk pengangkut sound horeg yang akan cek sound di Mbalong Kawuk Desa Sumberejo Kulon, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (26/7/2025) sore. Kapolres Tulungagung, AKBP Muhammad Taat Resdi mengusulkan pelarangan sound horeg yang digunakan pawai karena dinilai jadi sumber masalah, dan hanya mengizinkan penggunaan sound horeg statis. 

SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Kapolres Tulungagung, AKBP Muhammad Taat Resdi akan mengusulkan pelarangan sound horeg yang digunakan untuk pawai.

Sound dengan kekuatan besar hanya diperbolehkan secara statis, atau berada di satu tempat tertentu tanpa berkeliling.

Usulan ini disampaikan Kapolres, berdasar hasil evaluasi pelaksanaan pawai sound horeg di Desa Sumberejo Kulon, Kecamatan Ngunut pada Sabtu (26/7/2025) dan Minggu (27/7/2025).

“Berkaca dari acara kemarin di Sumberejo Kulon Ngunut. Saya sarankan larangan pawai, hanya boleh statis,” ujar Kapolres, Selasa (29/7/2025).

Pada saat cek sound di Sabtu sore, peserta bisa mematuhi batasan suara maksimal pada 125 desibel (dB).

Bahkan dari 18 truk sound horeg, banyak yang memutar musik di bawah 125 dB.

Sementara saat pawai di Hari Minggu sore, banyak yang melanggar ketentuan maksimal kekuatan suara di 80 dB.

Bahkan masih ada sound menggelegar dengan suara yang menggetarkan.

Selain itu larangan over dimensi dan overload juga tidak dipatuhi truk pengangkut sound horeg.

Hampir semua truk mengangkut peralatan melebihi kapasitas bak truk yang digunakan, dengan tambahan rigging untuk menggantungkan subwoofer.

“Saat pawai semua aturan sulit dipenuhi. Ketika mobile (pawai) masalah mulai muncul,” lanjut Kapolres.

Usulan yang disampaikan salah satunya batasan usia penonton.

Hal ini berdasar temuan, banyak anak-anak yang diajak melihat sound horeg dari jarak dekat.

Bahkan ada ibu-ibu yang membawa balita sehingga dinilai berisiko pada kesehatan pendengaran mereka.

Lalu larangan berkeliling karena ada risiko warga yang sakit, masih bayi atau warga yang tidak setuju adanya sound horeg.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved