Malang Raya Darurat Bencana

Banjir di Malang Raya Bukan Bencana Alam, Pakar Tata Kota Ungkap Akar Masalahnya

Derasnya hujan, membuat aliran Sungai Brantas naik yang berdampak terhadap sejumlah daerah di Kota Malang.

SURYAMALANG.COM/Purwanto
BANJIR MALANG - Kondisi banjir di Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang yang terjadi beberapa hari yang lalu. 

Ringkasan Berita:
  • Menurut Pengamat Arsitektur Perkotaan, Ir Budi Fathony MT, bencana banjir di Malang Raya bukanlah sebuah kebetulan
  • Derasnya hujan, membuat aliran Sungai Brantas naik yang berdampak terhadap sejumlah daerah di Kota Malang
  • Beberapa ruas jalan di daerah Kecamatan Blimbing, hingga permukiman padat seperti Kayutangan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas juga menerima dampaknya

SURYAMALANG.COM, MALANG - Malang Raya kembali dibayangi ancaman banjir setiap kali hujan deras mengguyur.

Derasnya hujan, membuat aliran Sungai Brantas naik yang berdampak terhadap sejumlah daerah di Kota Malang.

Beberapa ruas jalan di daerah Kecamatan Blimbing, hingga permukiman padat seperti Kayutangan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas juga menerima dampaknya.

Menurut Pengamat Arsitektur Perkotaan, Ir Budi Fathony MT, bencana banjir di Malang Raya bukanlah sebuah kebetulan.

Sudah lebih dari dua dekade ini, ia telah mengkaji perkembangan wilayah di Malang Raya, yang salah satunya berkaitan dengan tata kota.

"Ini bukan bencana tiba-tiba. Ini ulah manusia yang tidak tanggap terhadap lingkungan," tegasnya saat dihubungi SURYAMALANG.COM, Senin (17/11/2025).

Baca juga: Perangkat EWS di Jalan Bukit Barisan Tak Berbunyi Meski Banjir, Ini Kata Warga dan BPBD Kota Malang

Mantan Dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang itu menilai, banjir yang kerap melanda Malang Raya bukanlah bencana alam semata, melainkan akibat buruknya pengelolaan tata ruang dan minimnya tindakan nyata dari pemerintah, pengusaha, dan masyarakat.

Ia menyebut, peringatan terkait kerentanan kawasan tersebut sebenarnya telah disampaikan sejak bertahun-tahun lalu.

Kajian mengenai perlunya menjaga kawasan hijau di wilayah Batu dan Malang, termasuk Arboretum Sumber Brantas, sudah disampaikannya sejak masa pemerintahan sebelumnya.

Namun rekomendasi itu tidak pernah direspons.

Ia menilai, perubahan kawasan konservasi menjadi kawasan produktif berkontribusi besar terhadap banjir bandang yang terjadi dalam dua tahun terakhir ini.

Budi juga menyoroti Sungai Brantas sebagai aliran terbesar di Jawa Timur yang semestinya menjadi acuan perencanaan tata ruang Malang Raya.

"Masterplan tata ruang ini sudah pernah dibahas oleh Thomas Karsten, ahli arsitektur dari Belanda, tapi tidak pernah diwujudkan dalam tindakan konkret," ujarnya.

Selain lemahnya penataan ruang, Budi mengkritik praktik pembangunan proyek yang selalu dikebut pada akhir tahun.

Menurutnya, pola ini telah berlangsung sejak beberapa periode pemerintahan dan berdampak pada buruknya sistem drainase kota.

Sumber: Surya Malang
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved