Alasan Kakak Beradik di Kendal Sebulan Hanya Minum Air Sumur di Samping Jenazah Ibu, Lemas Tak Makan

Alasan kakak beradik di Kendal sebulan hanya minum air sumur rebusan di samping jenazah ibu, lemas tak makan ditemukan warga mengenaskan.

TRIBUN JATENG/AGUS SALIM IRSYADULLAH
KAKAK-BERADIK KENDAL - Kondisi Putri Setia Gita Pratiwi umur 23 tahun (KANAN) terkulai lemas di RS PKU Muhammadiyah Boja Kendal, Senin (3/11/2025). Ia bersama adiknya, Intan Ayu Sulistyowati umur 17 tahun (KIRI), dirawat di rumah sakit karena tidak makan hampir sebulan dan hanya minum air di samping jenazah ibu. 

SURYAMALANG.COM, - Kisah memilukan menimpa keluarga di Dukuh Somopuro RT 7 RW 7, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, setelah kakak-beradik ditemukan lemas di samping jenazah ibunya pada Sabtu (1/11/2025) lalu. 

Selama hampir satu bulan, kakak-beradik bernama Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (17) hanya minum air sumur rebusan dan tidak pernah makan apapun.

Situasi itu, berlangsung sejak Oktober sampai awal November, hingga warga menemukan jasad Setianingsih (51), ibu kakak-beradik tersebut di dalam kamar.

Baca juga: Punya 4 Anak dari 3 Suami Berbeda, Ibu di Banyuwangi Kubur Bayinya Karena Malu dengan Tetangga

Lebih miris lagi, Putri dan Intan yang terkulai lemas menahan lapar di dalam rumah juga tidak mengetahui kalau ibu mereka telah meninggal dunia. 

Menurut keterangan warga, rumah Setianingsih terkunci dari dalam, dan diganjal menggunakan kursi.

Kepala Desa Bebengan, Wastoni mengatakan, Setianingsih dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dan aktif dalam kegiatan desa.

Namun, sejak beberapa hari terakhir, Wastoni menemukan gelagat berbeda dari kedua anaknya dan Setianingsih mulai jarang keluar rumah.

"Kalau keluarga itu warga melihatnya sebagai orang mampu, karena biasanya sebulan sekali beli bahan makanan satu becak dibawa ke rumah," kata Wastoni ditemui, Senin (3/11/2025) sore.

Baca juga: Ada Keset Terkubur di Tanah, saat Diangkat Ternyata Ada Mayat Bayi, Ibu di Banyuwangi Jadi Tersangka

Selang beberapa hari kemudian, Wastoni mendapat dari laporan warga, Setianingsih telah meninggal dalam kondisi jenazah yang sudah membusuk.

Kejadian itu terungkap setelah warga mencium aroma busuk dari dalam rumah.

Warga juga melihat kerumunan lalat berada di dekat jendela kaca rumah.

Saat akan masuk, ternyata pintu rumah dikunci dan diganjal menggunakan kursi.

Setelah dibuka perlahan, warga kemudian bertanya kepada Putri untuk melihat ibunya yang diduga mengalami sakit.

"Ditanya sama warga, ibunya di mana. Terus dijawab itu di dalam, tapi pas dilihat itu ibu Setianingsih sudah meninggal dan membusuk," terang Wastoni. 

Baca juga: Gubernur Khofifah dan Kaka Slank Kompak Tanam Mangrove di Bangkalan, Ajak Wujudkan NZE 2060

Wastoni pun langsung memanggil pihak kepolisian serta warga untuk mengevakuasi jenazah.

Setelah dievakuasi, kedua anak Setianingsih kini dirawat di RSI Boja Kendal dengan kondisi lemas kekurangan nutrisi.

"Itu langsung saya panggil pak polisi, dan ramai," imbuh Wastoni. 

Sebulan Hanya Minum Air Minum Sumur Rebusan

Ditemui di RSI Boja, Putri mengaku keluarganya hanya mengkonsumsi air putih sejak 4 Oktober hingga Setianingsih ditemukan meninggal.

Putri mengatakan, tetangganya juga tidak ada yang tahu kondisi rumah dalam rentan waktu tersebut.

"Minum air putih direbus pakai kompor sampai ibu meninggal. Tetangga tidak tahu, tahunya ya itu tanggal 1 November. Saya sama adik minum air," kata Putri. 

Alasan Hanya Minum Air 

Menurut keterangan Putri, alasan mereka hanya minum air dan tidak minta tolong ke tetangga karena dilarang oleh ibunya, Setianingsih.

Setianingsih meminta anak-anaknya untuk menyembunyikan kondisi atau kesulitan mereka dengan alasan tidak mau merepotkan tetangga.

"Enggak bilang ke tetangga, ibuk enggak ngebolehin, dan harus nurut ibu. Karena ya enggak mau ngerepotin tetangga, gitu," papar Putri.

Baca juga: 5 Pengakuan Sahroni Muncul di Depan Warga: Jatuh Dari Plafon saat Dijarah, Minta Doa Bangun Rumah

Putri menuturkan, ayahnya telah lebih dulu meninggal sejak tahun 2017 di Kalimantan.

Sejak saat itu, Putri beserta keluarga yang awalnya tinggal di Semarang, kemudian pindah rumah ke Boja Kendal pada 2019.

"Ibu di Semarang gak kerja cuma masak bantu Budhe. Kalau ayah sudah meninggal," tuturnya.

Hingga kini, putri dan adiknya Intan Ayu Sulistyowati masih menjalani perawatan di RSI Boja Kendal

Dugaan Masalah Kejiwaan

Dokter di Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah Boja, Arfa Bima Firizqina mengungkapkan, kondisi Putri dan dan Intan yang mengalami masalah psikis. 

"Iya, keduanya mengalami kekurangan berupa kesadaran psikis," katanya ditemui di RS Muhammadiyah Boja Kendal, Senin (3/11/2025) sore.

Dokter Arfa mengungkapkan, saat pertama kali dibawa ke RS Muhammadiyah Boja, kakak-beradik itu dalam kondisi lemas.

Adiknya, Intan bahkan sudah tidak sadarkan diri. Sedangkan Putri masih sadar namun terkulai lemas.

Baca juga: Mahasiswa UB Malang Manfaatkan Mikroalga untuk Terapi Kanker Anak, Raih Penghargaan di China

Setelah dilakukan pemeriksaan awal, kedua orang korban tidak mengalami kekurangan kadar gula, meskipun sudah tidak makan nasi hampir sebulan. 

"Tidak ada tanda kurang gula tapi mengalami dehidrasi, dan tim medis menemukan kedua pasien lemas saat dibawa ke sini pada Sabtu kemarin," ujar Arfa. 

Arfa menerangkan, pihaknya masih kesulitan untuk proses asesmen karena keterangan dari Putri selalu berubah, sedangkan Intan mengalami kesulitan bicara.

"Waktu dianalisa jawabannya selalu berubah," imbuh Arfa. 

Saat ini, pihaknya masih fokus untuk memulihkan kondisi fisik kedua kakak beradik yang kini telah ditinggal ibunya tersebut.

Baca juga: Kasus dan Angka Kematian karena Campak di Pamekasan Terus Bertambah, 12 Warga Meninggal Dunia

Di sisi lain, pihaknya juga akan terus memantau kondisi psikis mereka, dan berkoordinasi dengan psikiater.

"Dirawat sampai sini untuk pemulihan fisik sekitar seminggu. Tapi untuk kejiwaan, kami konsultasikan dengan dokter lain di bidangnya," tambah Arfa. 

Kades Bantah Tuduhan di Media Sosial

Setelah jenazah Setianingsih ditemukan, peristiwa yang dialami kakak-beradik itu viral di media sosial.

Tidak sedikit netizen yang mempertanyakan kedekatan tetangga maupun perangkat desa atas ketidaktahuan kejadian tersebut.

"Di medsos itu sempat ramai katanya tetangga tidak peduli dan sebagainya," kata Kepala Desa Bebengan, Wastoni, Senin (3/11/2025).

Wastoni membantah jika tetangga maupun perangkat desa tidak mengindahkan kondisi keluarga Setianingsih.

"Itu enggak benar kalau tidak peduli. Bahkan proses mengurus jenazah pun kami sucikan sebagaimana mestinya," ungkapnya.

Menurut Wastoni, Putri sempat beli roti sebanyak Rp100 ribu di toko kelontong dekat rumah pada Jumat (3/10/2025).

Roti itu, kata Wastoni akan dimakan bersama adik dan ibunya. Namun setelahnya, tetangga tak lagi melihat Putri keluar rumah lagi.

Rumah Setianingsih selalu tertutup, dengan lampu yang menyala saat malam hari.

"Katanya ibunya sudah tidak mau makan, la terus dibelikan roti itu, ada tetangga yang lihat," terang Wastoni. 

"Warga tahunya keluarga ibu Setianingsih itu orang mampu, tapi sejak itu tidak keluar rumah. Lampu nyala pas malam, setelah pukul 9 malam, lampu dimatikan lagi." paparnya.

Sementara itu, Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari mengimbau agar perangkat desa lebih memperhatikan warga yang mulai menampilkan gelagat perubahan dalam bersosialisasi.

Dyah meminta agar Pemdes meningkatkan pengawasan ke setiap lini masyarakat.

"Saran dan masukan, terutama perangkat desa dari RT RW jika ada warga yang menutup diri, masyarakat harus ada empati. Jangan sampai malah tidak diketahui," tuturnya.

(TribunJateng.com/TribunJateng.com)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved