Liputan Khusus Malang
Warna Kampung Tematik Telah Memudar, Tagih Janji Pemkot Malang!
kehadiran kampung tematik di Jalan Embong Brantas, Kota Malang ini telah memicu pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Penulis: Benni Indo | Editor: Eko Darmoko
Ketua RW 12 Kelurahan Kesatrian, Adnan mengatakan masyarakat berharap ada pengecatan ulang di Kampung Tridi.
"Saya sudah sampaikan ke Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat saat bertemu di Kelurahan Purwantoro. Katanya, Insya Allah akan mengusahakan pengecatan ulang. Dinas pun sudah konfirmasi untuk pengecatan ulang kampung tematik," kata Adnan.
Kampung tematik butuh peremajaan warna untuk menarik daya kunjungan wisatawan, baik lokal maupun internasional. Menurutnya, pengelola Kampung Tridi masih memberlakukan tarif sebesar Rp 5.000 pada pengunjung meskipun sekarang kondisinya tidak seramai dulu. Tarif Rp 5.000 ini berlaku untuk turis lokal dan internasional.
Andan menyebutkan dampak ekonomi dari pengembangan wisata Kampung Tridi sudah tidak seperti dulu lagi.
"Kondisi ekonomi dulu dan sekarang sama. Ketika ada wisata, ada reaksi besar ekonomi karena banyak warga berjualan. Setelah kena pandemi, mati lagi, habislah semua. Sekarang pandemi berakhir, kami penataan baru," ujarnya.
Akhir-akhir ini banyak turis internasional yang datang. Tapi, warga yang berjualan tidak memahami keinginan kuliner turis internasional. Akibatnya, turis internasional tidak banyak membeli makanan di kawasan itu. "Mereka hanya membeli minuman," paparnya.
Karena mereka tidak bisa mengandalkan pendapatan dari kampung tematik, banyak warga yang memiliki usaha lain. Bahkan beberapa warga berjualan ke luar kampung.
Jika tidak memiliki usaha lain, kondisi warga akan semakin sulit. Apalagi sampai sekarang warga tidak memiliki akses permodalan atau bantuan wirausaha dari pemerintah.
"Perubahan ekonomi yang sempat terjadi dulu, kini sudah berbeda lagi. Kami kembali seperti dulu. Ini kan bukan lagi pekerjaan yang harus ditekuni terus menerus. Kalau tidak ada pekerjaan sampingan, tidak mungkin," terangnya.
Ketika Kampung Tridi masih ramai, satu penjaga tiket bisa mendapat Rp 500.000 per hari. Sekarang pendapatannya tidak sampai sebanyak itu. Rata-rata pengunjung Kampung Tridi sekitar 80 orang per hari. Jika musim liburan, jumlah pengunjung sekitar 100 orang.
Adnan menjelaskan dampak dari kehadiran tempat wisata adalah perubahan karakter masyarakat sekitar. Masyarakat Kampung Tridi mulai dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang baru yang datang ke kampung tematik. Warga juga menyesuaikan diri karena kampungnya telah menjadi tempat wisata. Jangan sampai wisatawan memiliki kesan tidak baik karena perilaku warganya.
"Dengan adanya wisata, alhamdulillah warga juga berubah, baik dari karakter atau perilaku masyarakat," ungkap Adnan.
Masyarakat juga belajar dari turis, terutama turis internasional yang selalu memperhatikan kebersihan lingkungan. Warga pun tidak buang sampah sembarangan.
"Masyarakat juga antusias berkomunikasi dengan para turis, apalagi kalau turisnya bisa berbahasa Indonesia. Masyarakat ingin tahu seperti apa perbedaan antara kehidupan warga dengan tempat tinggal turis di luar negeri," kata Adnan.
33 Pasar di Kabupaten Malang Belum SNI |
![]() |
---|
Nongkrong di Pasar Tradisional Bisa Lihat Kota Malang yang Alami |
![]() |
---|
Bisa Nikmati Roti Khas Perancis di Pasar Oro-oro Dowo, Kota Malang |
![]() |
---|
Anak Muda Gandrung Belanja di Pasar Tradisional, Rela Antre Sejam demi Dapat Makanan |
![]() |
---|
Citra Zacharia Ambil Peluang Modernisasi Pasar Oro-oro Dowo Kota Malang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.