Hikmah Ramadan

Meluruskan Orientasi Hidup di Dunia

Bulan Ramadhan bulan istimewa dengan keutamaan-keutamaannya yang banyak.

Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
H. Ainul Yaqin, M.Si, Ketua MUI Jatim 

Orang yang zuhud yakni yang berusaha meninggalkan hal yang tak berguna untuk kehidupan di akhirat.  

Mereka sekaligus juga orang yang wara’ yakni yang menjaga dari mengotori hidupnya dengan sesuatu yang dapat menyusahkan masa depannya di akhirat. 

Uraian Imam Nawawi ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw yang artinya: “Orang yang berakal (bijak) adalah orang yang bisa menahan nafsunya dan beramal untuk setelah kematian, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan selalu berangan-angan (kosong) atas Allah” (HR. Ibn Majah).

Dalam al-Qur’an antara lain dijelaskan, “kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu” (QS. al-Hadid [57]: 20).  Kemudian dijelaskan pula, “Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. al-Nisa’ [4] 77).

Demikian pula dijelaskan, “kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal (al-A’la [87]: 17. Lalu Allah juga mengingatkan: “Maka, demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan” (QS. al-Hjr [15] : 92-93)

Maka tegaslah bagi orang yang beriman, orientasi hidup saat di dunia tidaklah berhenti sampai pada batas kematian atau meninggal dunia, tetapi jauh ke depan yakni kehidupan akhirat, kehidupan sesudah kematian.

Setiap manusia yang memahami dan menyadari ini akan teringat untuk mempersiapkan diri saat ada di kehidupan dunia ini.

Ketika seseorang mengambil jalan hidup dengan menjadikan akhirat sebagai orientasinya, tidaklah berarti hidupnya lalu hanya diisi dengan ibadah ritual saja serta melupakan urusan tanggungjaqwab dunianya.

Pesan Allah Swt dalam QS. al-Qashash [28]: 77): “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Dengan meneguhkan orientasi hidup adalah akhirat, setidaknya akan melahirkan tiga hal:

Pertama, sikap hidup yang hati-hati karena setiap yang dikerjakan di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat sehingga tidak terperdaya dengan tipu daya dunia.

Di manapun posisi seseorang dalam stuktur masyarakat, apakah ada di lapisan atas ataupun ada di kalangan bawah tetap menjaga sikap hati-hati dan waspada. Rasa khasyah (takut) kepada Allah terus dipupuk agar tidak terjerumus pada pelanggaran terhadap larangan Allah, apakah pelangaran itu berkaitan dengan haq Allah ataupun berkaitan dengan haq manusia.

Ketika mendapatkan amanah sebagai pejabat misalnya, akan berfikit berkali-kali ketika akan melakukan korupsi, mengambil hak yang bukan haknya, atau bertindak yang membuat susah orang lain.

Kedua, seseorang akan menjadi lebih bertanggungjawab karena ia menyadari sebelum dia dimintai pertangujawaban di akhirat baginya akan lebih baik mempertanggungjawabkan pada yang dilakukannya saat di dunia.

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved