Fasilitas Publik Malang Raya

Imbas Angkot Malang Raya Tak Beroperasi Optimal, Halte Berubah Fungsi

Sejumlah halte di sekitar Universitas Brawijaya (UB) kini tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya.

Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Purwanto
TUNGGU PENUMPANG - Angkot menunggu penumpang di halte Jalan Veteran, Kota Malang, Jumat (12/9/2025). 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Sejumlah halte di sekitar Universitas Brawijaya (UB) kini tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Bangunan yang seharusnya digunakan sebagai tempat masyarakat menunggu angkutan kota (angkot) itu kini berubah menjadi tempat singgah sementara bagi pengemudi ojek online (ojol), mahasiswa UB, dan masyarakat.

Ada dua halte di sekitar UB, yaitu di Jalan MT Haryono dan di Jalan Veteran. Halte di Jalan MT Haryono cenderung cukup sepi. Sedangkan halte di Jalan Veteran masih banyak digunakan masyarakat untuk sekedar duduk dan tempat istirahat untuk para ojol. Suasana yang dulu ramai oleh penumpang angkot kini berganti dengan deretan driver ojol yang parkir di sekitar halte.

Adanya sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan es kopi membuat halte di Jalan Veteran ini terlihat lebih ramai. Namun, kondisi halte terlihat memprihatinkan. Dinding-dindingnya dipenuhi coretan dan cat yang mengelupas. Kondisinya seperti tidak terawat.

Sedangkan halte di Jalan MT Haryono, papan trayek angkot dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang masih terpajang dengan baik. Ada empat jurusan angkot yang melewati halte tersebut, yaitu ADL, LDH, JPK, dan TSG. Tetapi, angkot-angkot tersebut kini sudah mulai sulit ditemui atau sekedar melintas di wilayah tersebut.

"Sudah lama angkot di Kota Malang sepi. Sekarang malah banyak angkot yang tidak jalan. Jadi halte juga otomatis tidak kepakai," kata Budi Santoso, pengemudi ojol kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (14/9).

Fenomena ini tidak lepas dari menurunnya jumlah angkot yang beroperasi di Kota Malang. Seiring menjamurnya transportasi berbasis aplikasi, banyak trayek angkot berhenti beroperasi karena kekurangan penumpang. Dampaknya, fasilitas umum seperti halte ikut kehilangan fungsi utamanya.

"Dulu saya juga sempat menjadi sopir angkot. Tapi karena sepi, saya menjadi driver ojol sejak 2020 sampai sekarang," tambahnya.

Padahal, halte-halte tersebut dibangun untuk mendukung sistem transportasi publik perkotaan. Kini tanpa adanya perawatan dan pemanfaatan yang jelas, bangunan itu perlahan berubah menjadi tempat persinggahan sementara. Bahkan ada juga beberapa mahasiswa UB yang menunggu di halte untuk janjian dengan teman atau sedang order ojol.

"Saya kebetulan selesai fotokopi, dan mau order ojol untuk kembali ke kos," kata mahasiswi UB yang tidak mau menyebutkan namanya.

Perempuan berhijab itu lebih memilih untuk menggunakan ojol daripada naik angkot. Menurutnya, ojol lebih praktis dan lebih fleksibel. "Kalau nunggu angkot ya lama. Saya juga tidak tahu harus naik angkot apa," ujarnya.

Adanya perubahan fungsi halte ini menimbulkan pertanyaan mengenai arah pengelolaan transportasi umum di Kota Malang. Jika halte memang sebagai tempat singgah sementara, harus ada perhatian dari pemerintah agar halte tidak semakin terbengkalai.

Halte Ikonik

Kondisi serupa juga terjadi di Kota Batu. Sejumlah halte di Kota Batu seakan sudah tidak memiliki fungsi apapun. Bahkan kondisi sejumlah halte hanya menambah kumuh dan kotor.

Misalnya halte berbentuk buah dan sayuran yang tersebar di sejumlah titik di Kota Batu. Saat Pemkot Batu membangun halte berbentuk buah dan sayur pada tahun 2014 lalu, halte-halte tersebut seakan menjadi ikon baru bagi Kota Batu.

Tapi, kini halte-halte tersebut seakan tidak berfungsi. Bahkan banyak halte yang malah mengganggu pejalan kaki karena berdiri di atas trotoar.

Halaman
12
Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved