Kota Malang

Rektor, Wamen Hingga Aktivis Mengkaji Oase Gelap Terang Indonesia dalam Reuni FAA PPMI di UB Malang

Rektor, Wamen Hingga Aktivis Mengkaji Oase Gelap Terang Indonesia dalam Reuni FAA PPMI di UB Malang

Editor: Eko Darmoko
IST
REUNI DAN SEMINAR - Reuni dan Seminar Nasional Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Auditorium Universitas Brawijaya (UB) Malang, Sabtu, (25/10/2025). Dalam acara ini, hadir sejumlah tokoh seperti Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Widodo, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria, Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, dan Aktivis Sosial Inayah Wahid.  

SURYAMALANG.COM, MALANG - Reuni dan Seminar Nasional Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) resmi dibuka di Auditorium Universitas Brawijaya (UB) Malang, Sabtu, (25/10/2025).

Dalam reuni tahun ini, FAA PPMI mengusung tema “Oase Gelap Terang Indonesia” sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi Indonesia saat ini. 

Dalam seminar nasional, FAA PPMI menghadirkan sejumlah tokoh seperti Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof Widodo, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria, Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti, dan Aktivis Sosial Inayah Wahid

Widodo, dalam pidato pembukaan acara ini mengatakan, Indonesia sekarang masih menghadapi banyak persoalan. Salah satunya adalah kesenjangan sosial dan ekonomi.

Menurut dia, rata-rata pertumbuhan ekonomi 5 persen tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

“Selain itu penduduk miskin masih banyak, sehingga muncul pertanyaan, siapa yang paling menikmati pertumbuhan ekonomi ini?" katanya. 

Di sisi lain, Widodo mengatakan hanya 13 persen penduduk Indonesia yang lulus dari perguruan tinggi. Padahal, di negara maju lulusan perguruan tinggi bisa mencapai 40-50 persen.

“Ketika pertumbuhan ekonomi tidak diiringi kualitas sumber daya manusia maka kesenjangan ekonomi dan sosial semakin lebar,” ujarnya. 

Menurut Widodo, animo masyarakat Indonesia terhadap pendidikan tinggi sebenarnya besar. Indonesia juga memiliki lebih dari 4.000 perguruan tinggi. Tetapi lulusan SMA yang melanjutkan studi baru sekitar 30 persen.

“Hambatan biaya dan pola pikir masih menjadi faktor utama penyebabnya,” ujarnya.

Baca juga: Reuni Alumni PPMI di UB Malang, Pers Mahasiswa Harus Adaptif dan Tetap Kritis di Era Digital

Rendahnya tingkat pendidikan tersebut, lanjut Widodo, menyebabkan rendahnya kapasitas inovasi nasional.

“Termasuk daya kewirausahaan yang hanya sekitar 3 persen dari populasi, padahal negara maju berada di atas 10 persen,” ujarnya.

Akibatnya, kontribusi industri teknologi terhadap perekonomian juga rendah. Sumber daya alam yang melimpah pun belum memberikan nilai tambah signifikan. 

Situasi tersebut menunjukkan bahwa perbaikan kualitas SDM adalah faktor kunci untuk mencapai target Indonesia Emas 2045. Karena itu Widodo menyarankan pemerintah untuk menata kembali strategi dan alokasi anggaran serta meningkatkan kualitas pendidikan dan industri secara terintegrasi.

“Seluruh pemimpin bangsa memiliki tanggung jawab historis untuk memastikan setiap potensi yang dimiliki Indonesia mampu menghasilkan kemakmuran yang berkelanjutan bagi seluruh rakyat,” ujarnya.  

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved