Tegas Jokowi Soal Whoosh: Bukan Proyek Rugi dan Cari Laba, Harus Bersyukur 'Ini Kan Tahun Pertama!'

Tegas Jokowi soal Whoosh: bukan proyek rugi dan cari laba, masyarakat harus bersyukur tekan kerugian negara 'ini kan tahun pertama!'

TribunSolo.com/Andreas Chris/Dokumentasi PT Kereta Cepat Indonesia China
UTANG PROYEK WHOOSH - Kereta Cepat Whoosh yang akan melayani penumpang rute Stasiun Halim-Stasiun Tegalluar (KIRI). Presiden ke-7 RI Joko Widodo (KANAN) saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Solo, Jumat (27/12/2024) malam. Jokowi akhirnya buka suara soal Whoosh, bukan proyek rugi dan cari laba, 'ini kan tahun pertama!' 

Menurut Fickar, pertanyaan publik tersebut mengacu pada kedua tokoh itu harus diperiksa.

"Yang jadi pertanyaan publik, apakah Pak Jokowi dan Pak Luhut harus diperiksa karena sudah memindahkan kerjasama kereta cepat dari tawaran Jepang ke China," ujar Fickar.

"Maksudnya adalah kedua orang ini diperiksa untuk menelusuri apakah dari pemindahan itu mereka mendapat keuntungan atau tidak, meski sampai hari ini belum terlihat kerugian negaranya?" ungkapnya. 

"Apakah mereka sebagai pengambil keputusan mendapat keuntungan atau tidak. Nah, hal inilah yang didorong oleh publik" pungkas Fickar.

Ringkasan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh)

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh berawal dari gagasan Jepang melalui JICA pada era Presiden SBY (2014-2015). Saat pemerintahan Presiden Jokowi pada 2015, proyek ini menjadi rebutan antara Jepang dan Tiongkok.

Perbandingan Tawaran:

| Kriteria                      | Jepang (G2G) | Tiongkok (B2B) |

| Nilai Investasi Awal  | $6,2 miliar AS | $5,5 miliar AS |

| Bunga Pinjaman        | 0,1 persen per tahun | 2 % per tahun |

| Jaminan Pemerintah | Ya, dijamin pemerintah Jepang | Tidak menggunakan dana APBN Indonesia |

| Transfer Teknologi    | Tidak spesifik/Tertutup | Terbuka soal transfer teknologi |

Indonesia akhirnya memilih tawaran Tiongkok yang dianggap lebih ringan karena menjamin tidak menggunakan APBN.

Proyek ini ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) pada 2016.

Realisasi Proyek:

Pengelola: PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan patungan dengan komposisi Konsorsium Indonesia (PT PSBI) 60?n Konsorsium Tiongkok (Beijing Yawan HSR Co Ltd) 40 % .

Pembengkakan Biaya (Cost Overrun): Nilai investasi awal ($6,07 miliar) membengkak sebesar $1,2 miliar, menjadikan total investasi mencapai $7,2 miliar AS (sekitar Rp116 triliun).

Pembiayaan: 75 % didanai dari pinjaman China Development Bank (CDB), dan sisanya dari setoran modal pemegang saham.

Proyek ini menimbulkan beban berat pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemimpin konsorsium BUMN Indonesia (PSBI).

Utang pembiayaan KCJB menyebabkan PSBI mencatat kerugian Rp1,625 triliun pada semester I-2025, dengan porsi kerugian terbesar (Rp951,48 miliar) ditanggung oleh PT KAI. 

(Kompas.com/Kompas.com/Tribunnews.com)

Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp 

Sumber: Surya Malang
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved