Hikmah Ramadan
Puasa Ramadlan : Menahan Dari yang Haram
Ibadah puasa juga sangat rahasia yang hanya diketahui oleh si pelaku dan Allah saja.
Oleh : Moch. Khoirul Anwar, Wakil Direktur LPPOM MUI Jawa Timur dan Wakil Dekan I FEB Unesa
Ramadlan adalah bulan penuh berkah yang di dalamnya penuh dengan anjuran untuk meningkatkan amal kebaikan dan seruan untuk meninggalkan keburukan.
Ramadlan adalah bulan latihan bagi umat muslim dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan, karena tujuan dari puasa Ramadlan adalah agar umat manusia semakin bertaqwa, sebagaimana Firman Allah SWT dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 183 : ” Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa”.
Ibadah puasa merupakan ibadah yang sangat mulia dan berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya dikarenakan puasa adalah ibadah satu-satunya yang bebas dari intervensi siapapun dari makhluk Allah di muka bumi.
Ibadah puasa juga sangat rahasia yang hanya diketahui oleh si pelaku dan Allah saja.
Berbeda dengan ibadah lainnya, contoh sholat, seseorang bisa menunjukkan kalau dia sholat dengan cara mengerjakan sholat di hadapan orang lain.
Zakat juga begitu, bisa menunjukkan kalau dia sudah bayar zakat dengan cara membayar zakat di hadapan orang lain.
Begitu juga dengan ibadah-ibadah lainnya.
Sedangkan puasa, seseorang mungkin bisa mengatakan ke orang lain kalau dia puasa, tetapi ketika dia masuk kamar atau sendirian, dia bisa minum sepuasnya tanpa ada yang tahu kecuali dirinya dan Allah SWT.
Sehingga orang yang mampu berpuasa adalah orang yang mempunyai keyakinan yang kuat bahwa Allah selalu bersama dengan dia.
Oleh karena itu, tidak salah kalau pahala orang berpuasa akan diperoleh langsung oleh pelaku tanpa dijelaskan berapa kali lipat ganjaran pahalanya, akan tetapi cukup ditegaskan oleh Allah dalam hadits Qudsi : “Kullu hasanatin bi’asyri amtsaliha ila sab’i mi-ati dli’fin illas shiyam, fa huwa lii wa Ana ajzi bihi” (Setiap kebaikan akan diberi pahala sepuluh kali lipat samapi tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya). (HR. Bukhari).
Dalam hadits yang lain dengan Perawi yang sama, Rasulullah bersabda : “Man shama ramadlana imanan wahtisaban ghufira lahu ma taqaddama min dzanbih” (Barangsiapa yang berpuasa di bulan ramadlan dengan penuh keimanan dan perhitungan (mengharap pahala Allah), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya di masa lalu). (HR. Bukhari).
Secara Bahasa, Puasa berasal dari Bahasa Arab “as-shaum” yang diartikan muthlaqul imsak (menahan sepenuhnya).
Dan menurut syariat, puasa adalah menahan diri dari rasa lapar dan haus dan segala yang membatalkannya dari terbitnya fajar atau shubuh sampai tenggelamnya matahari atau maghrib dengan niat yang khusus.
Disebutkan pula bahwa puasa itu adalah perisai, maksudnya adalah perisai dari godaan hawa nafsu yang menggiring kepada batalnya puasa seperti makan, minum dan syahwat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.