Koperasi Merah Putih Vs Bank Titil

Koperasi Merah Putih Dinilai Bisa Dorong Ekonomi Malang Raya, Asal Dikelola Profesional

Tak hanya akses permodalan, KMP juga diharapkan mampu menstabilkan harga kebutuhan pokok, serta membuka lapangan kerja baru di tingkat desa. 

SURYAMALANG.COM/ISTIMEWA
PENGAMAT - Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Venus Kusumawardana, S.E., M.M., saat dimintai tanggapannya terkait rencana pendirian Koperasi Merah Putih di setiap kelurahan dan desa, termasuk di wilayah Malang Raya, Senin (14/7/2025) 

SURYAMALANG.COM, MALANG - Program Koperasi Merah Putih (KMP) yang digagas pemerintah pusat dinilai berpotensi menjadi lokomotif baru penggerak ekonomi desa.

Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada profesionalisme pengelolaan dan keterlibatan aktif masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Venus Kusumawardana, S.E., M.M., saat dimintai tanggapannya terkait rencana pendirian koperasi Merah Putih di setiap kelurahan dan desa, termasuk di wilayah Malang Raya.

"Inisiatif ini strategis. KMP bisa memperluas akses pembiayaan, memperkuat ekonomi lokal, dan menekan ketergantungan masyarakat terhadap praktik rentenir atau bank titil," katanya kepada Surya pada Minggu (13/7/2025).

Menurut Venus, melalui unit simpan pinjam koperasi, masyarakat bisa memperoleh modal usaha secara lebih murah dan adil, tanpa bunga mencekik seperti yang kerap ditawarkan oleh pinjaman ilegal.

Tak hanya akses permodalan, KMP juga diharapkan mampu menstabilkan harga kebutuhan pokok, serta membuka lapangan kerja baru di tingkat desa. 

Program ini juga berpotensi mengentaskan kemiskinan melalui pemberdayaan UMKM dan penguatan ekonomi lokal.

Namun Venus mengingatkan, potensi tersebut hanya bisa dicapai bila koperasi dikelola secara profesional, transparan, dan benar-benar melibatkan masyarakat sejak awal.

"Jika hanya dikebut untuk mengejar kuantitas tanpa kesiapan SDM dan partisipasi warga, koperasi berisiko jadi proyek formalitas, mati suri, bahkan menimbulkan kekecewaan," ungkapnya.

Ia mencatat, lebih dari 50 persen koperasi di Indonesia saat ini tidak aktif, akibat pengelolaan yang lemah, minimnya partisipasi anggota, serta pemilihan unit usaha yang tidak relevan.

Untuk wilayah Malang Raya, Venus menyebut sejumlah sektor potensial untuk dikembangkan melalui koperasi.

Seperti untuk pertanian modern bisa di Kabupaten Malang.

Unit simpan pinjam bisa di perkotaan.

Wisata dan agrowisata desa bisa di Kota Batu dan Pujon.

Hingga koperasi retail sembako dan pengelolaan sampah di wilayah kota padat penduduk seperti Kota Malang.

"Pilih satu atau dua layanan dulu yang benar-benar dibutuhkan warga. Misalnya simpan pinjam dan sembako. Jangan langsung dibuat koperasi serba usaha, itu sulit dikelola," pesannya.

Agar koperasi tidak bernasib sama seperti sebelumnya, Venus menekankan pentingnya seleksi pengurus yang jujur dan kompeten.

Perlunya pelatihan manajemen koperasi, penggunaan sistem keuangan digital, serta laporan keuangan terbuka yang disampaikan secara rutin.

"Koperasi akan hidup jika anggotanya merasa memiliki, bukan sekadar jadi penonton atau objek proyek,"

"Kalau dijalankan profesional, KMP bisa menjadi alat pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di tingkat lokal," tandasnya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved