Malang Raya Darurat Bencana
Kota Malang Darurat Banjir, Ketinggian Air Bisa Capai 150 CM
Suara sirine dari Early Warning System (EWS) bisa menjadi sinyal bahaya bagi warga.
Penulis: Benni Indo | Editor: Zainuddin
Ketinggian banjir yang terjadi di Kota Malang bisa berkisar antara 70–150 sentimeter. Kecamatan Blimbing termasuk lokasi banjir terdalam di Kota Malang.
Sedangkan longsor berpotensi muncul di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS), terutama DAS Brantas dan Sungai Amprong. Longsor terjadi akibat struktur tanah yang melunak ketika hujan berhari-hari.
"Idealnya, sepadan sungai harus 10–15 meter dari bibir sungai. Tapi sekarang banyak bangunan yang sudah terlalu dekat sungai. Padahal area DAS itu termasuk wilayah tidak stabil," kata Prayitno, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang.
Tercatat ada 479 bencana di Kota Malang sejak 2022, mulai dari banjir, pohon tumbang, sampai longsor. Dari ratusan bencana yang terjadi, banjir menjadi bencana paling sering menerjang Kota Malang.
Saat ini Kota Malang memiliki 24 EWS yang tersebar di lima kecamatan, termasuk satu EWS khusus deteksi tanah longsor di kawasan Bunul, Kecamatan Blimbing.
Idealnya setiap kawasan padat penduduk yang berada di tepi sungai memiliki EWS. Namun, BPBD belum bisa memasang EWS di semua pemukiman padat di tepi sungai karena harus menyesuaikan dengan kondisi keuangan daerah.
BPBD juga sedang menyempurnakan sistem notifikasi EWS agar RT, RW, dan lurah, dan warga sekitar bisa langsung mendapat informasi tanda bahaya.
"Ketika EWS memberi tanda waspada, warga dan pemangku wilayah bisa langsung mendapat notifikasinya," tambahnya.
BPBD Kota Malang memperluas pemetaan rawan bencana sampai level rumah tangga. Prayitno menyebutkan peta rawan bencana telah menjangkau 40 kelurahan dari 57 kelurahan di Kota Malang. Peta tersebut menunjukkan titik-titik rawan banjir, longsor, sampai angin kencang.
BPBD bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang (UM) untuk mencatat kondisi setiap rumah yang berada di wilayah rawan.
"Kalau dulu hanya peta global, sekarang kami data setiap rumah. Satu titik bisa sampai 75 rumah. Kami catat nama penghuninya, dan jumlah anggota keluarganya. Ini penting agar kami bisa memetakan logistik, rencana evakuasi, sampai prioritas bantuan," ujarnya.
Peta tersebut tersedia dalam bentuk daring dan dapat dibuka oleh masyarakat. Prayitno berharap peta tersebut bisa menjadi pedoman bagi masyarakat dalam penanganan bencana.
"Kami buka untuk publik. Semua bisa melihat peta rawan bencana, lengkap dengan pemetaan kawasan rawan tinggi, sedang, dan rendah," imbuhnya.
| Banjir di Malang Raya Bukan Bencana Alam, Pakar Tata Kota Ungkap Akar Masalahnya |
|
|---|
| Perangkat EWS di Jalan Bukit Barisan Tak Berbunyi Meski Banjir, Ini Kata Warga dan BPBD Kota Malang |
|
|---|
| Warga Kota Malang Dekat EWS Perlu Dapat Sosialisasi Kegawatdaruratan Bencana |
|
|---|
| Wali Kota Malang Pastikan Simulasi Bencana dan Masterplan Drainase Diperkuat untuk Kurangi Banjir |
|
|---|
| BPBD Petakan Kelurahan Rawan Bencana, Catat Data Hingga Level Rumah dan Tata Sistem Peringatan Dini |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/Wisatawan-di-pinggir-Sungai-Brantas-Kampung-Warna-warni-Jodipan-Kota-Malang.jpg)